" Peran
Generasi Z Melalui Gerakan Komunitas Pecinta Masjid untuk Mewujudkan Peradaban yang
Berjiwa Pemimpin di Masa Depan "
Oleh : Zukhruful Irbah
Karakter berjiwa pemimpin adalah kepribadian yang
sangat di perlukan dalam menghadapi tantangan di setiap zaman demi mewujudkan
kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa. Manusia di ciptakan oleh Allah sebagai
khalifah di muka bumi ini, oleh karenanya manusia tidak terlepas perannya
sebagai pemimpin, dimensi kepemimpinan merupakan sebuah peran pusat dalam setiap
upaya perkembangan dan pembinaan. Dimensi kepemimpinan merupakan proses yang
melibatkan diri sendiri dengan berbagai komponen lain yang saling mempengaruhi.
Kepemimpinan juga merupakan kegiatan atau seni untuk membimbing dan
mempengaruhi oranglain agar mau bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Salah satu usaha yang dapat di lakukan pemuda sebagai generasi
penerus untuk mendukung perkembangan dalam mewujudkan peradaban manusia yang
berjiwa pemimpin di masa depan yaitu dengan gerakan Komunitas Pecinta Masjid
Pemuda Muslim Indonesia. Terobosan melalui gerakan ini di rasa sangat tepat
untuk menggagas konsep penanaman karakter berjiwa pemimpin dalam diri generasi
muda melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Untuk mewujudkan hal tersebut komunitas ini dapat di jadikan sebagai
sarana yang cocok, yakni sebagai komunitas pemuda muslim yang tumbuh dan
berkembang di dalam kehidupan masyarakat serta memiliki potensi yang cukup
besar dalam upaya penanaman karakter berjiwa pemimpin dalam diri generasi muda.
Peran
Generasi Z Melalui Gerakan Komunitas Pecinta Masjid Pemuda Muslim Indonesia
Untuk Mewujudkan Peradaban Manusia yang Berjiwa Pemimpin di Masa Depan
Berbicara mengenai peradaban, kita perlu memahami istilah peradaban terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia peradaban di artikan sebagai kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin, sesuatu yang menyangkut budi bahasa sopan santun, dan kebudayaan suatu bangsa. Tanda wujudnya peradaban, menurut Ibnu Khaldun adalah berkembangnya ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun umum. Bahkan maju atau mundurnya suatu peradaban bergantung dan berkaitan dengan maju dan mundurnya ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan tidak dapat hidup tanpa adanya komunitas yang aktif mengembangkannya. Sayyid Qutb mengatakan bahwa keimanan adalah sumber peradaban. Dengan demikian agama merupakan proses peradaban yang dapat melahirkan manusia yang beradab.
Berkembangnya peradaban islam yang di landasi oleh
semangat ketuhanan (tauhid) dan persatuan telah di tanamkan oleh Rasulullah SAW
sejak awal perkembangan islam di Timur Tengah. Dalam praktiknya, seiring
meluasnya wilayah kekuasaan islam, kebiasaan masyarakat setempat memengaruhi
umat islam untuk mengadopsi peradaban lokal dan di sesuaikan dengan ajaran islam.
Dari proses semacam inilah, peradaban islam terus berkembang, mulai dari
bahasa, bangunan, adat istiadat hingga ilmu pengetahuan. Menurut direktur Institute for the Study of Islamic Thought
and Civilization (INSISTS), Hamid Fahmi Zarkasyi, mengatakan bahwa
peradaban islam adalah peradaban ilmu, substansi peradaban islam itu di
ibaratkan pohon yang akarnya tertanam kuat di dalam bumi, sedangkan
dahan-dahannya menjulang tinggi ke langit dan memberi rahmat bagi alam semesta
dan akarnya itu adalah teologi islam (tauhid) yang berdimensi epistemologi,
lalu berkembang menjadi pemahaman terhadap Al quran sehingga melahirkan para
intelektual islam, kemudian terbentuklah sebuah komunitas sehingga menghasilkan
konsep keilmuan, dari sini kemudian melahirkan sistem sosial, politik, ekonomi,
dll.
Dalam membina suatu peradaban, tidak akan
lepas dari sosok pemimpin itu sendiri. Secara etimologi kepemimpinan memiliki
arti imarah, imamah, khilafah, yang memiliki makna daya memimpin dan tindakan
dalam memimpin. Sedangkan dalam terminologi adalah suatu kemampuan untuk
mengajak oranglain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah di
tetapkan. Kepemimpinan merupakan sebuah keputusan dan juga hasil dari
transformasi internal atau perubahan karakter dalam diri seseorang. Kepemimpinan
tidak selalu di artikan sebagai jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dalam proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, maka akan terjadi kedamaian dalam diri dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, setiap ucapan dan tindakannya mampu memberikan
pengaruh terhadap lingkungannya, keberadaannya dapat mendorong suatu perubahan,
pada saat itulah seseorang dapat di katakan sebagai pemimpin sejati.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan meletakkan dengan jelas fungsi dan peran esensial dari pemuda dalam
hal pemimpin dan kepemimpinan. Dalam konteks tersebut potensi dan peran pemuda
perlu dikembangkan melalui pemberdayaan, penyadaran dan pengembangan untuk
menciptakan peradaban yang maju di mana di perlukan pemuda yang berakhlak
mulia, mandiri, tangguh, profesional dan cerdas. Sehingga untuk membangun
pemuda di perlukan pelayanan yang mencakup dimensi pembangunan dalam segala
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Pada hakikatnya pemerintah melalui Undang-Undang
kepemudaan tersebut juga berharap untuk melahirkan sosok pemimpin muda sebagai
calon pemimpin masa depan dan mampu menjawab segala tantangan dan persoalan secara
tepat dan tuntas. Melalui kepemimpinan islami akan terbentuk kolaborasi dalam
keseimbangan antara kepemimpinan dengan konsep dunia dan akhirat., menuntut
komitmen tinggi pada prinsip-prinsip islam dan menempatkan tugas kepemimpinan
tidak sekedar tugas yang di pertanggungjawabkan kepada manusia, tetapi juga di
hadapan Allah. Khalifah Umar Bin Khothob mengatakan bahwa tiada islam tanpa
jama’ah, tiada jama’ah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat.
Peradaban manusia bergerak dengan cara
bertahap. Lompatan peradaban dapat menimbulkan kekacauan dan ketidakteraturan.
Namun, bagaimanapun lompatan peradaban tetap tidak bisa di tolak. Perkembangan
arus komunikasi dan informasi tidak bisa di bendung. Kita di paksa menghadapi
situasi di mana percepatan dengan tiba-tiba muncul tanpa ada pemberitahuan dan
arahan sebelumnya. Maka dari itu di butuhkanlah sebuah kepemimpinan yang kuat
yaitu yang tidak hanya memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat, namun juga
harus memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan meresponnya secara rasional
dan terukur. Oleh karenanya peradaban dan kepemimpinan adalah sebuah kesatuan
yang tidak bisa di pisahkan.
Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 perkembangan teknologi dan informasi berkembang lebih cepat. Dampak pada era ini tentu memberikan perubahan sangat besar terhadap perilaku anak muda terutama generasi Z yang akan menjadi penerus generasi sebelumnya. Banyak persoalan muncul dalam diri generasi Z, baik yang berasal dari faktor internal maupun eksternal dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana mereka hidup dan berkembang. Arus modernisasi, globalisasi dan krisis moral sering menerpa dan mengusik perkembangan hidup mereka. Banyak para pemuda yang mengalami problematika identitas yang berpotensi menggiring pada melemahnya ikatan-ikatan sosial di antara pemuda dan masyarakat. Mereka mengalami disorientasi sosial terhadap fungsi dan perannya sebagai pelaku perubahan sehingga mengakibatkan berbagai perilaku menyimpang seperti kenakalan remaja, pergaulan bebas, tindak kriminal dan penyalahgunaan obat-obat terlarang. Menghadapi Krisis multidimensi ini, masyarakat membutuhkan sebuah pembaharuan dan inovasi. Oleh karena itu generasi Z perlu mendapat pembinaan yang optimal agar perubahan tersebut dapat menghadirkan peluang yang menawarkan kesempatan baru bagi kemajuan.
Salah satu upaya dalam pembinaan pada
generasi Z dapat di mulai dengan meningkatkan fungsi masjid, sebagaimana yang
di ketahui bahwa pemuda adalah calon pemimpin di masa depan sedangkan masjid sendiri adalah pusat peradaban. Dari
keduanyalah perkembangan kondisi kepemimpinan, moral, ekonomi, sosial maupun
politik akan tumbuh lebih baik. Seperti yang telah terjadi di beberapa
kota-kota besar, menunjukkan bahwa masjid tidak hanya di gunakan sebagai tempat
ibadah, namun juga sebagai tempat pendidikan dan kegiatan sosial maupun
kebudayaan. Dengan demikian keberadaan masjid memberikan manfaat bagi
masyarakat dan jamaahnya.
Pemuda menjadi titik sentral dalam mendukung
berjalannya kegiatan di dalamnya. Sebagaimana
hal ini juga telah di lakukan pada zaman Nabi Muhammad SAW, menurut M. Quraisy
Syihab dalam Jusmawati mencatat bahwasannya dalam perjalanan sejarah masjid
pertama di dirikan (Masjid Nabawi) mengemban sepuluh fungsi yaitu masjid di
gunakan sebagai tempat ibadah, tempat konsultasi dan komunikasi (masalah
ekonomi. sosial dan budaya), tempat pendidikan, aula menerima tamu, menawan
tahanan, tempat pelatihan militer, tempat pengobatan korban perang, pusat
penerangan serta pembinaan islam tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
Melihat perkembangan zaman seperti saat ini, sempat menjadi kekhawatiran jika
keberfungsian masjid menurun. Sehingga sangat menarik apabila eksistensi masjid
ini di hidupkan kembali melalui pemuda-pemuda yang turut andil di dalamnya.
Menurut pakar kemasjidan Drs. H. Ahmad Yani dalam bukunya berjudul “Saran Untuk
Pengurus Masjid” menguraikan bahwa regenerasi bagi para pengusrus masjid
menjadi sebuah keharusan, salah satunya adalah dengan merekrut potensi pemuda
melalui wadah organisasi agar kemajuan, syiar dan sosial senantiasa di rasakan
manfaatnya (Ahmad Yani:2019). Dalam buku beliau lainnya, yang berjudul
“Mencintai Masjid” mengatakan bahwa masjid bisa di katakan ideal apabila
memiliki pemuda masjid di dalamnya dan memakmurkan masjid melalui progam yang
bervariasi, seperti contohnya melaksanakan pengajian rutin, pelatihan
kepemimpinan, jurnalistik atau multimedia, bakti sosial dll (Ahmad Yani:2017).
Di kutip dari perkataan Menteri Bidang Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan, Muhajirin Efendi mengatakan bahwa peran anak muda dalam pemuda
masjid sangat di perlukan terutama menuju cita-cita sebuah bangsa.
Sebelum memenuhi perannya di masa yang
akan datang sebagai generasi penerus bangsa, apa usaha nyata yang bisa di lakukan
oleh pemuda untuk mewujudkan peradaban manusia yang berjiwa pemimpin di masa
depan ? Usaha yang bisa di lakukan yaitu dengan membentuk organisasi atau
gerakan Komunitas Pecinta Masjid Pemuda Muslim Indonesia (KPMPMI). Melalui
wadah tersebut di harapkan dapat meningkatan kecerdasan spiritual, emosional,
intelektual dan sosial para pemuda. Dalam pembinaannya dapat di lakukan hal-hal
sebagai berikut, yaitu:
- Mengadakan
progam bimbingan agama dan moral secara rasional.
- Melakukan
bimbingan, konsultasi dan musyawarah.
- Tadabbur Al
quran.
- Memberikan
perindungan dan wawasan terhadap pengaruh negatif dan positif dari
lingkungan dan media masa.
- Memberikan peran
dan kesempatan untuk bertanggungjawab terhadap amanah yang di berikan
melalui wahana organisasi.
- Menyediakan buku
bacaan tentang pengetahuan, moral dan agama.
- Membimbing
pergaulan pemuda dan pemudi.
- Menyalurkan hobi
yang sehat dan bermanfaat.
- Bakti sosial.
Di dalam ranah Komunitas Pecinta Masjid
Pemuda Muslim Indonesia (KPMPMI) para pemuda di berikan bekal pengetahuan dan
pengalaman hidup agar pemuda tersebut tumbuh dewasa dan senantiasa mengabdi
kepada Allah SWT. Usia pemuda merupakan tahap menuju kedewasaan, saat mereka
berhasil melalui tahap ini, maka tantangan di masa yang akan datang akan lebih
mudah di atasi. Namun, sebaliknya, apabila ia gagal, maka pada tahap
perkembangan selanjutnya besar kemungkinan akan terjadi masalah pada dirinya.
Secara umum, ada dua strategi yang patut
di terapkan yaitu strategi internal
personal dan external institutional. Strategi
internal personal bertujuan pada
upaya peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran islam yang berasal dari dalam
diri pemuda itu sendiri. Sementara itu, strategi external institutional adalah pengarahan pada organisasi yang di
miliki oleh pemuda. Dalam mengaplikasikan strategi internal personal, para pemuda mendapat bimbingan dan arahan
terhadap pelaksanaan ajaran islam seperti bagaimana shalat berjamaah, tadarus
Al quran dan kepedulian pemuda terhadap persoalan kemasyarakatan. Strategi ini
lebih cenderung kepada pembinaan kepribadian pemuda tersebut atau yang di kenal
dengan pembangunan karakter (character
building). Seperti yang pernah di ungkapkan oleh Zakiyah Daradjat bahwa
pembinaan kehidupan beragama tidak bisa di lepaskan dari pembinaan kepribadian
secara keseluruhan karena kehidupan beragama adalah bagian dari kehidupan itu
sendiri. Sementara itu dalam pengaplikasian strategi external institutional, pemuda mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan diri melalui sistem organisasi. Dalam hal ini di butuhkan kerja
sama dengan pihak lain untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan terkait
perkembangan organisasi . Kedua strategi di atas saling berkaitan satu sama
lain dan tidak dapat di pisahkan. Tidak bisa hanya mengandalkan strategi internal personal saja atau sebaliknya
hanya menerapkan strategi external
institutional saja. Keduanya harus berjalan secara sinergis dan beriringan.
Peran generasi Z dalam organisasi atau
gerakan Komunitas Pecinta Masjid Pemuda Muslim Indonesia (KPMPMI) ini tidak
boleh melepas peran lain yang mengiringinya yaitu belajar dan mengenyam
pendidikan. Pemuda dapat membekali dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan
dalam bidang apapun, mengikuti perkembangan tekonologi dan informasi dengan
tetap berpegang teguh terhadap norma dan nilai keagamaan serta memperkuat nilai
mental dan spiritual. Dengan bekal-bekal yang di perolehnya tersebut, karakter
yang mantap dan semangat jiwa muda dapat memainkan perannya dalam memimpin diri
sendiri maupun masyarakat luas, sehingga diharapkan dapat menjadi pemimpin pada
peradaban yang akan datang sebagai kaum yang kritis, intelek dan dapat
mengkritisi kondisi yang terjadi pada bangsa serta melakukan gerakan-gerakan
untuk memulihkan kondisi yang tidak baik dan mendukung hal-hal yang sesuai
dengan nilai luhur Bangsa Indonesia.
0 Komentar