Dalam rangka menjalankan program sekaligus
mempererat ukhuwah Islamiyah, pada hari Ahad, 12 Maret 2023, HMPS IAT IDAQU melaksanakan
ziarah kubur ke makam Guru Mansyur di Jembatan Lima. Acara ini diikuti oleh jajaran
pengurus dan anggota HMPS IAT bersama
salah satu dosen Fakultas Ushuluddin yaitu Ustadz Jaka Gianovan, serta sejumlah
Mahasiswa/i Institut Daarul Qur’an lainnya. Berangkat dari kampus IDAQU, seluruh
peserta menuju ke makam Guru Mansyur dengan transportasi KRL ke daerah Angke Jembatan
Lima.
Kegiatan ziarah ini diawali dengan pembacaan Yaasin, Tahlil dan Do’a Khatmil Qur’an yang dipimpin oleh Wajihi sebagai divisi agama HMPS IAT. Pembacaan Do’a Khatmil Qur’an ini juga termasuk dalam rangkaian program bulanan HMPS IAT setelah sebelumnya anggota HMPS IAT bersama-sama menghatamkan tadarus Al-Qur’an. Setelah melaksanakan do'a bersama sbelum beranjak menuju sesi diskusi, Fakhrul selaku ketua pengurus HMPS IAT mengajak peserta bersama-sama mendekat ke makam guru Mansyur dan mengirimkan sekali lagi hadiah Fatihah beserta syair Ibadallah dan mengajak agar kita semua dapat merefleksikan diri akan tujuan ziarah kubur. Salah satunya yaitu, agar kita di hari akhir kelak diberikan keridhaan oleh Allah untuk berkumpul bersama orang-orang shalih dengan mengirimkan do’a beserta meneladani akhlak-akhlak orang shalih tersebut khususnya guru mansyur. Sesuai hadits Nabi SAW “Jika seseorang mencintai kalangan shalih dengan ikhlas, maka sebagaimana dinyatakan Nabi, ia termasuk golongan mereka kendati amalannya tidak seperti yang dilakukan orang-orang shalih tadi, sebab keterpautan hati dengan mereka. Kiranya rasa cinta itu memotivasi agar bisa berbuat serupa.” (Muhammad bin Abdurrahman al Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi syahri jami'at Tirmidzi [Baeirut: Darul Kutub al Ilmiyyah], juz 7, hal 53.
Selanjutnya acara beranjak ke sesi diskusi yang dilaksanakan di
dalam Masjid Jami' Al-Mansyur, yang dipimpin oleh Syahla sebagai divisi litbang
HMPS IAT. Syahla mengawali diskusi dengan menjelaskan biografi KH. Muhammad
Mansyur sebagai seorang ulama Betawi dan juga pejuang kemerdekaan Indonesia.
Dalam perjalanan hidup KH Muhammad Mansyur tercermin akan kesungguhan dan
kegigihan seorang penuntut ilmu, kegigihan itu terlihat saat beliau menuntut
ilmu ke berbagai daerah luar negeri seperti Makkah, Aden, Benggala, Kalkuta,
Burma, India, Malaya dan Singapura. Selain itu Beliau juga tidak sembarang
dalam memilih guru, beliau mementingkan silsilah keilmuan dalam memilih guru. Layaknya
seorang penuntut ilmu, beliau kembali ke tanah air untuk mengamalkan ilmunya
kepada masyarakat sekitar dan menjadi guru besar di wilayah Jakarta. Salah satu
pengaruh keilmuan beliau yaitu ilmu falak, ilmu yang berkaitan dengan astronomi
dan perhitungan bulan, ilmu tersebutpun saat ini masih berpengaruh di Indonesia,
khususnya pada masyarakat Betawi di Jakarta yang terkenal dengan sebutan
kalender Mansyuriah.
Pada sesi diskusi ini juga Ustadz Jaka
memberikan gagasannya untuk napak tilas bagaimana perjuangan guru mansyur
melawan penjajah Belanda. Seakan-akan kita terbawa oleh waktu pada awal abad 19
masehi, yang dimana waktu itu wilayah Nusantara khususnya daerah Jakarta dikuasai
oleh Belanda. Ustadz Jaka membawa kita melewati ruang waktu dengan melihat
saksi-saksi bisu sejarah seperti bangunan dan daerah bersejarah di sekitar
makam Guru Mansyur. Bayangan-bayangan kondisi pusat peradaban keilmuan memenuhi
imajinasi penulis pada saat ustadz Jaka menjelaskan tentang sejarah yang ada, serta
tidak luput pula terasa momen-momen bagaimana keberanian dan ketegangan guru
Mansyur saat mengibarkan bendera merah putih, yang di mana pada saat itu
seluruh daerah Jakarta dipenuhi oleh bendera Belanda. Sejarah mencatat keberanian
dan kegigihan Guru Mansyur dalam menegakkan kemerdekaan, meskipun beliau
berakhir dalam tahanan.
Diskusipun berlanjut dan diakhiri dengan
nasihat akan hikmah dari ziarah kubur yaitu, sebagai pengingatan kita pada
kematian, bahawasannya hidup di dunia hanyalah sementara dan yang paling kekal
adalah kehidupan di akhirat. Selanjutnya dengan ziarah kita dapat menyambung
keterkaitan hati kita kepada orang yang kita ziarahi khususnya orang shalih, sehingga
dengan itu kita dapat meneladani akhlak dan pribadi orang shalih tersebut.
Selain itu dengan ziarah kubur kita diharapkan dapat melembutkan hati kita yang
keras, karena dalam ziarah kita melafalkan zikir dan doa kepada Allah SWT baik
untuk almarhum maupun diri kita sendiri. Ciri-ciri hati yang keras adalah
sulitnya menangis, menangis dalam hal ini dikategorikan pada 3 hal yaitu
menangis karna takut kepada Allah, menangis karena kerinduan (kepada Allah, Rasulullah
dan orang-orang sholih) serta menangis karna takut akan dosa.”
Semoga dengan adanya kegiatan ziarah ini,
Allah jadikan kita sebagai orang-orang yang lembut hatinya, Allah matikan kita
dalam keadaan Husnul Khotimah serta Allah kumpulkan kita bersama Rasulullah dan
orang-orang shalih yang kita cintai. Aamiin…
Dan akhirnya rangkaian kegiatan ziarah ke
makam guru Mansyur ini ditutup dengan sesi dokumentasi, pemberian donasi serta
sholat dzuhur berjamaah di masjid Jami' Al-Mansyur yang berada tepat di samping
area komplek pemakaman.
0 Komentar